Langsung ke konten utama

SAYEMBARA MENULIS TEATER PUTIH

 

JANGAN LUPA BERKABAR, SAYANG

 

/

Jangan lupa berkabar, sayang, perihal jambu air yang kita taman bulan Desember lalu. Sudah berapa kali berbuah? Manis, bukan? Aku masih ingat janji kita, makan rujak jambu bersama anak-anak kita kelak. Tapi kau sekarang sudah menikah. Jangan kau suruh suamimu tebang pohon jambu itu, biarkan ia tumbuh seperti kenangan di kepala kita masing-masing.

 

//

Jangan panggil aku sayang lagi. Aku sudah bersuami. Ia akan marah jika membaca surat yang kaukirim. Pohon jambu itu sudah besar. Jika berbuah, akan kupetik dan kumakan sendiri. Suamiku tidak suka pedas katanya. Bagus bagiku jika ia tidak makan rujak. Tiap kali aku makan buah jambu itu, di saat yang sama aku kembali mengingatmu.

 

/

Jangan lupa berkabar, sayang, perihal anakmu yang akan lahir bulan Agustus. Aku sudah menghitung hari pernikahanmu sampai tiba kelahiran anakmu, anak kau dan suamimu. Beritahu aku jika anakmu laki-laki. Sebab, aku suka bayi laki-laki. Aku selalu membayangkan bayi itu sifatnya seperti aku; cengeng dan selalu minta dipeluk. Ya, jika anakmu perempuan, mintalah saran nama kepadaku. Aku sudah membeli buku daftar nama anak perempuan di toko buku tua di sebelah jembatan, tempat kita bertengkar ketika pacaran. Tentunya kau tidak tahu-menahu kapan aku membeli buku daftar nama anak perempuan. Karena aku membelinya sembunyi-sembunyi dan ingin menghadiahkannya di hari ulang tahunmu di bulan Juni. Tapi tidak jadi kuberikan karena kita sudah putus sebulan sebelum hari ulangtahunmu, tepat dengan hari pernikahanmu.

 

//

Sudahlah, jangan kau bersedih. Aku di sini baik-baik saja. Walaupun aku sering minta yang aneh-aneh kepada suamiku ketika ngidam. Aku selalu membayangkan suamiku adalah kamu, yang terburu-buru membeli jeruk padahal sudah tengah malam. Ah, maaf. Aku tidak bisa melanjutkan 'andai-andai'ku. Intinya, semua yang aku andaikan adalah segala sesuatu tentangmu. Suamiku akan marah jika membaca surat yang kaukirim. Biasanya, setelah kubaca, langsung kubakar. Jika suami mendapatiku sedang membakar suratmu, akan akan beralasan itu adalah tagihan-tagihan yang sudah terbayar. Aku juga pernah berandai, membayar tagihan listrik berdua denganmu.

 

/

Jangan lupa berkabar, sayang, perihal jambu air yang kita tanam bulan Desember lalu. Di surat balasanmu, tak pernah kau membahas perihal anakmu yang akan lahir bulan Agustus. Maaf, sayang, aku khilaf. Salamku untuk suamimu.

 

Nam, 2020.

 

 

 

Dua Bungkus Mie Instans

 

Aku tidak ingat, kira-kira berapa tahun yang lalu ; aku makan dua bungkus mie instan direbusnya dengan setengah air mendidih di dispenser kontrakannya, lalu menikmatinya sepiring berdua.

 

aku mulai teringat sesuatu, saat hendak membawa piring kotor ke- washtub kontrakannya.

Ia melihat kearahku, saat aku hendak beranjak dari tempat duduk, ia menahan kedua lenganku dengan kedua tangannya disertakan tatapan tajam, dan membuat langkahku terhenti.

Ketika itu aku berpikir ini adalah urusan serius, sehingga aku ditatap begitu gilanya, matanya seperti ingin mengatakan banyak hal yang menjanjikan. Dan benar saja, saat itu ia melihatku dengan tatapan berisi, matanya berkaca-kaca dan kedua tangannya memegang erat lenganku, ia mengucap janji-janji yang beraroma persis seperti aroma mie instan kesukaannya "Esok ketika kita sudah berada dalam satu atap yang sama, kau tak payah memasakan hidangan istimewa untukku, kau cukup menyugukanku dua bungkus mie instan dan senyum manja seperti yang biasa kau berikan untukku saat aku menyubit pipimu. Kemudian kita menyajikannya dalam satu piring yang sama. sungguh indah bukan ? " ujarnya. Lagi-lagi aku membalasnya dengan tersenyum.

 

Dihadapan siapapun aku memang dianggap gadis yang ceria dan murah senyum. Sepertinya ia jatuh cinta denganku karena itu, pikirku penuh percaya diri. Karena setiap kali aku tersenyum kearahnya ia selalu memandangiku kemudian membalas tersenyum gemas sambil mencubit kedua pipiku.

 

Aku terbawa oleh kata-kata romantis tak habis-habis yang setiap saat diucapkannya.

Sampai terkadang aku mengikuti kata-katanya dengan perasaan malas "Aku menyayangimu, jangan berpikir aku adalah persinggahan sementara. Apa aku akan gila selamanya. Aku jelas, tidak akan pernah meninggalkanmu sampai bumi terbelahpun aku akan tetap bersamamu" Tiap hari ungkapnya sama persis hampir-hampir tak ada yang berubah dari tiap katanya. Aku ngedumal dalam hati, "Dasar manusia tidak kreatif apa tidak bisa mengucapkan kata-kata lain selain "aku menyayangimu blablabla". Dasar manusia malas, pasti sebulan sekali dihabiskannya novel yang hanya 100 lembar.

Karena hampir setiap hari setiap saat aku mendengarkan omong kosongnya yang tak berbobot itu. Saat ia tak mengucapkannya sekali, aku rasa jiwanya telah hilang, aku rasa dia telah berubah, dan aku tidak akan memaafkan dirinya, dan aku tidak akan pernah memberikan senyum termanis untuknya lagi !

 

Kadang aku sebal, aku terperangkap benar-benar dalam omong kosongnya yang sama sekali tak berbobot itu.

 

Akupun mempercayai satu hal dan mengucapkan berulangkali dihadapannya sama persis dengan hal yang dilakukannya padaku. Dan aku benar-benar merasa bodoh, dan tidak punya otak. Pikirku karena disangdingkan dengannya aku jadi bicara tak karuan, kadang pula tak pakai logika.

 

Aku terlalu percaya ia tidak akan mencintai siapapun perempuan manapun selain dari pada aku!

 

Ini bukan lagi hal yang tabu bagiku, aku mengucapnya dengan santai, karena kami menjalani sudah berapa tahun hampir sama seperti pendidikan awal sekolah dasar yang berjalan 6 tahun. Bukan perjalanan yang sebentar, 6 tahun lamanya kami membangun cinta, dengan hal-hal semacam itu sudah biasa aku ungkapkan padanya dan pula dirinya tak usah ditanyakan lagi.

Tanpa berpikir panjang, tanpa berpikir ia menyukainya atau tidak, atau dia akan risih mendengarnya kemudian ia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.

 

Dengan lantang tanpa ragu-ragu aku mengungkapan dihadapannya ;

"Kau akan selalu bersamaku, apapun yang terjadi? aku yakin kau menyayangiku lebih dari yang aku tau, lebih dari kata-kata yang selalu kau ucapkan tiap pagi dan saat malammalam buta saat aku hendak tertidur."

 

Ucapnya memang indah, aku hampir-hampir terjebak dalam kata-kata romantis tak habis-habis.

sekali lagi, aku terlalu amat percaya, "ia tak akan pernah mencintai siapapun perempuan manapun selain dari pada aku !

 

Pandai sekali ia membuat retorika.

Didapatkan dari mana kata-kata romantis itu?

Sial, jika tidak dari kumpulan kata-kata romantis di sosial media maka dari mana ia mendapatkannya ? Aku tak habis pikir, kata-kata dari mulut seorang lelaki tak berkepala alias alien itu bisa menjadi sekacau ini. Aku terbuai dan aku hampir mati rasa olehnya.

Itu sekali terakhir ia ucapkan padaku dalam 6 tahun hubungan kita, saat hendak merayakan hari jadi ke-6.

Oh Tuhan aku benar-benar tidak tahu apa yang benar-benar terjadi denganku, semua rasa menjadi gaduh.

Benar-benar ini kacau!

Aku tidak bisa, melupakannya sampai saat ini ! Aku sudah gila !

Pikirku setiap orang mendekat yang menaruh hati denganku, ia tidak akan pernah bisa menjadi seperti dia. Tak akan pernah sama. Rasaku juga tidak akan pernah berpaling untuknya. Jadi jangan pernah berharap aku akan bisa berterima.

 

Padahal aku tahu itu hanya omong kosong, yang keluar dari lidah yang tak bertulangnya hanya semu. Aku tahu itu aku tahu!

 

Aku tahu, semua panca indraku tak berfungsi dengan baik lagi setelah aku dibutakan oleh cintanya. Bahkan semua ucapan manisnya terlihat seperti dua bungkus mie instan yang saat dimasak mengeluarkan aroma yang khas dengan aroma rempah-rempah.

 

 

Padahal, dua bungkus mie instan itu tak berbumbu dan hambar.

Tapi mengapa aku selalu ingin menyicipinya?

 

Aku candu, dengan aroma dan rasa mie instan buatannya yang hampir beberapa tahun lalu aku menyicipinya, aromanya masih menyengat, rasanya masih ada dalam indra pengecap, bentuknya masih terpancar dalam mataku.

 

Apa aku harus memasaknya sendiri, merebus dua bungkus mie instan dengan lebel yang sama ? ya pasti aromanya akan sama. Ujarku, meyakinkan diri sendiri.

 

Apa dua bungkus mie instan itu akan habis aku makan sendiri, apa tidak sia-sia memasaknya? saat bersisa mie instan itu akan terbuang dalam tong sampah yang kotor atau akan disimpan kembali dalam cetakan yang sama dalam bungkus plastik mie instan yang sudah terbuka, lalu dihidangkan sisanya saat kita sudah berada dalam atap yang sama?

Sayangggg

Apa kau tak ingin memakan dua bungkus mie instan denganku lagi ?

 

20, apr 2020

@mutiakr_

 

 

Menyapa pagi

 

Angin berdesir dipagi hari

Suara kicauan burung mulai terdengar merdu,

Ketika aku membuka mataku, terlihat jelas indahnya pesonamu

 

Duduk bersama iringan melodi indah

Setetes embun membasahi rumput-rumput yang berhijaun

Tepatya depan rumah desa kelahiranku

 

 

Sawahnya menghijau

Gungungnya tinggi menjulang

Rakyat aman,damai,dan makmur

 

Sajak,waktu tidak beranjak

Beridam diri tanpa suara,

Lelaki tua yang kusanjungi telah tiada

Sunyi,sepi,telah bertuan

 

Cahaya pagi menembus kaca jendela

Melihat kabut tebal masih menyelimuti bumi

Kini kusiap menghadapi hari baru

Dan indahnya bumi

 

 

Aminah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mencari Pelarian

  Selasa, 28 April 2020

Wahyu

Pekat melekat padaku semua terpaan

Rindu dan kangen mendobrak pintu i

Tiang lampu jemu yang menghangat

digoda kepingan air gumpalan awan yang malam

Ditinggal ratu malam sejagat

Membiru, kering, bisu dan sayang

 

:Kuucap semua kata yang kuhafal, kupadankan semua kata yang merujuk padamu sayang

 

Puluhan kaca menghakimi

Mengganti bulan dengan kepalsuan

 

:Dingin sayang

Tangan tempat melampiaskan semua entah kemana

Sudikah engkau, aku ditusuk air lantai bercinta menjadi manusia abnormal?

Dikurung, mengurung diri hingga kutinggalkan nama yang sedang berharap

Sudikah engkau sayang

Rasa yang tak mampu dilawan menggerogoti

Bersembunyi untuk dilihat oleh mata

Menjadi pecundang pelarian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"-- bicara"

 

Malang gemericik air laut.

Pandangannya terpaku pada surut angin gelombang pasir.

Tanah kain kayu berbatu.

Ombak berduri tulang belulang.

- Fatur M.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Tebing sosokmu"

Kala,

 diri masih terpaku,

Dalam lebam sanubari yang membiru

Namun justru,

Sepatah katapun tak mampu menyeru

Kini sosokmu,

Bak runtuhan tebing mendera,

Meski ku selalu bermain dengan rasa

Bergelimang dengan pelita

Berpeluh dengan kata kata,

Namun jiwa,

Terlalu setia tuk menghampa,

Kau laksana induk Surjana,

Bersimponi dalam fatamorgana

Bersikukuh tuk angkuh dalam mayapada,

Meski perih sembilu,tajamnya Sandra

Tak mengapa,

Sebab belasungkawa ialah kata kata

Yang seharusnya terpatri dalam raga

Meski Sukma menjerit pada aksara yang menyiksa

Rela.......

-Hendria Isron Risandi-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KETENANGAN

 

Aku ingin tenang

Suara bising menukik tajam

Mendarat tepat di balik bilik keheningan yang sedang ku rindu

Aku bersembunyi di balik gelapnya malam tanpa rembulan

Aku mencari sosok kesunyian di balik keramaian yang berbisik di telingaku.

KAU bilang aku kejam.....

YAA aku memang kejam,

tapi kekejamanku tidak akan pernah merusak duniamu.

Sekarang aku benar-benar bingung melihat dunia ku yang begitu hancur di telan gelapnya malan oleh sang rembulan,

sungguh rasa bingung ini membuat dunia kebahagiaan yang ku miliki hilang begitu saja.

kebahagiaan ku ada di dalam ketenangan ku,

ketenanganku terwujud apabila matahari dan bulan selalu menyinari bintang.....

DAN itulah dunia ku.

`~Wafiq laelatul kodrianingsih

 

 

NELANGSA

Pagi,

Sudut-sudut mulai meraup sebiji hati yang kantuk

Menguap dari rasa yang mulai melelahkan

Di depan teras, aku duduk termenung

Jejak terekam mengingat pilu

Membawa lara menyatu padu

Berusaha menjaga nada-nada yang kulacurkan sendiri

Memenggal nafas pada rindu tak bertuan

Tidak ada lagi raga hangat

Yang mendekap tubuhku dengan erat

Aku latah dengan keramaian

Menderu, abu-abu

Dipijak ragu

Aku mati diremas rasa

Dalam reruang kamar kecilku

Semakin sesak terisak

Setiap kali rendra menjelma anggur di kepala

Oh tuhan, betapa kisah nelangsaku

Tersayu redup cahaya

Selembar tanpa warna

Aku kehilangan bagian dari diriku yang sederhana

 

~Elsiana Hafsani

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Roh-roh Barat

 

Aku iri dengan masa kecil

Hanya dimasa itu aku

Menghirup udara segar yang kini dicemari roh roh barat

Aku iri dengan masa kecil

Hanya dimasa itu aku

Pijaki daratan luas yang kini ditenggelamkan roh roh barat

Aku iri dengan masa kecil

Hanya dimasa itu aku

Bermain dengan sahabat yang kini dipenjara roh roh barat

Aku iri dengan masa kecil

 

~AhyarZaki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBIRMU ANGGUR MALAM

 

Selembar rindu dari puisi lama,

bukan empat bait dalam perasaan yang bula.

 

Disebuah soneta

terdapat gubuk yang gelap.

Seorang kakek berdansa

memeluk gramofon tua dari istri tercinta.

 

Gadis cantik berlari, memberi apel yang dipetik

dari sisa-sisa musim sebelumnya.

Untuk mulai tesenyum,

matanya tenggelam dan tertidur.

 

Sampai usia mati,

romansa masih membekas

bernostalgia dengan hutan dan bulan.

 

Bibirmu Anggur Malam.

 

~ Muhammad Hadriansyah

 

 

 

Rahim Dewi

Tiga rahim penjaga, membagi tugas berbeda.

Rahim pertama,

Kasih sayang terbagi tak ubah buah hati sendiri.

Tidak kau bedakan, buah hati rahimmu dan bukan.

Membelai dengan didikan mandiri tak patut bermanja.

Rahim kedua,

Tulang kau banting dan keringat kau peras.

Tertatih demi sesuap nasi.

Tanpa kau pikirkan ia yang kau kasih, kau beri ku sayang.

Rahim ketiga,

Garis umur telah terpancar pada senyummu.

Namun kau tutup itu demi kebahagiaanku.

Kau beriku sisa umurmu, tanpa harap ku memberimu balas.

Tiga rahim penjaga, yang lahir dari rahim seorang dewi.

Dewi yang dulunya menjaga namun kini tlah di panggil ke kayangan.

Dewi yang memeluk, kala tangan tak sanggup gapai selimut.

Dewi yang menggendong, kala kaki tak sanggup melangkah.

Dewi yang mendengar, ketika hanya tangis yang mampu keluar.

Padamu dewiku, buah hati rahimmu akan jadi tujuanku.

Walau takkan terbalaskan.

 

~LaluVirgiawanDwiKukuh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

AKU MENYUKAI LUKAKU

 

Karya: Dita Ramadani

 

Kala itu langit terlihat sangat cerah

Saling bertukar ceritamembuatku semakin tidak ingin terpisah

Duduk berdampingan di bawah rindangnya awan

Sampai terlupa aku hanyalah orang awam

 

Terbuai oleh candamu yang terkesan canggung,

Untuk sang pemula seperti diriku yang nanggung

Sertamerta degub jantung ini terhenti sejenak,mengalih perhatian

Kekuatan senyum sunggingmu sungguh merekah dihati

Dan membuatku tak ingin berkedip sama sekali

 

Kau seolah terlihat sangat kaku untukku “perempuan cantik itu bergumam”

Apakah aku bermimpi di siang hari ini?

Kurasa kecanduan yang bergejolak mulai menyerangku

Kupastikan aku tak butuh alasan untuk mencintainya.

 

Mata yang sangat indah

Tatapan yang memandangku sesekali nan tajam

Bibir yang begitu mungil itumeracuni pikiranku

Juga senyum yang menampakkan gigi gingsulnya

Sekali lagi aku semakin ranum dibuatnya

 

Tuhan,,kenapa dia semakin memikatku?

Semoga saja, rasa yang bersemayam tidak menjadi dosa

Karena endapan rasa ini sudah terlalu tebal kurasa

Terimakasih untuk seuntai luka yang kau hadirkan untukku hari ini

Perempuan cantik.

 

Rupanya dugaanku benar

Kau bekerjasama dengan rintikan hujan

Yang bergandengan dengan angin sepoi-sepoi tempo lalu

Ya, kau berhasil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-BISU

 

Kau tahu

Ada Sesuatu yang tak bisa di ajak berkompromi

Yaitu Hati yang tak bisa kita control ketika jatuh cinta

Dan, bibir  ia adalah  symbol segala penyampaian

ketika hati, pikiran saling beradu

Tapi.

Ada  kalimat yang belum sempat terucap

Dari bibir dengan lipstick merah jambu ini

Bahkan sampai kau pergi dari hadapanku

bibir ini masih membeku terdiam

Dengan pecah-pecah ditepinya

Dan Kau tahu

Air mata pun ikut terjatuh

Tapi ia masih pada pendiriannya,  membisu

Sampai pair jantungku

Ia masih tak ingin menyampaikan kalimat tentang hati

Entah apa yang merasuki bibir ini

Ia lebih banyak takut dari pada menyesal suatu saat nanti

Padahal…

resiko kehilangan begitu besar dari pada rasa takutnya

 

~ nurdiansari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Resah

 

Getar- Getir perasaan di dada

Terhuyung peristiwa

Entahlah, suasana ini berbeda

Semangkuk rahasia kusembunyikan

Berbeda dari biasanya

Merambat tak jelas maknanya

Resah ini...

Membelenggu

Mendadak cemburu

Apa ini...

Suasana tanpa makna khawatirkan

Dan tenggelam berlumur kuandalkan

~Raden Dwi Rahayu Lestari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Assalamualaikum Wr. Wb Hadirin yang terhormat Alhamdulillahhirrobbialamin Washolatuwassalamualaasrifil anbiyaiwalmursalin waalaalihi wasohbii ajmain. Bapak Ibu hadirin tamu undangan yang berbahagia, pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT. pemilik segala kesempurnaan, kemuliaan, dan kebahagiaan. Yang mana senantiasa memberikan kita nikmat sehat, kesempatan utk bisa hadir menyaksikan prosesi bersatunya dua insan dalam ikatan suci pernikahan bertempat di kediaman mempelai wanita di Jln. Bungkarno, Presak Timur, Pagutan, Mataram. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan para pengikutnya semoga kita semua yang hadir pada kesempatan kali ini senantiasa bisa mendapatkan syafaatnya. Amin. Bapak Ibu hadirin tamu undangan izinkan saya Nining dan Raden untuk membawakan rangkaian resepsi pernikahan dari ananda Iddaratun Dwi Zaruri Puteri dari Bapak Subulal Huda dan Ibu B...

Piagam Gumi Sasak Sebuah Sejarah Kebudayaan

                                               Piagam Gumi Sasak Sebuah Sejarah Kebudayaan Piagam Gumi Sasak adalah sebuah dokumen yang berisi kesepakatan bersama untuk membangun kembali,menyatukan kembali, dan menegakkan kembali kebudayaan sasak berdasarkan landasan yang sebenarnya. Piagam Gumi Sasak lahir dari sebuah diskusi panjang dari beberapa intelektual Sasak yang memiliki persfektif budaya ke depan. Dalam diskusi ini terjadi berbagai bentuk kajian yang cukup panjang. Pada tanggal 17 agustus 2015   ketika acara launcing buku yang berjudul Membaca Arsitektur Sasak karya Drs.H.L.Agus Fathurrahman yang kemudian menjadi awal kesadaran bahwa Sasak memiliki khazanah ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi sejak masa lalu. Sebelumnya pada tahun 2014 sudah...